wpg-logo

Tempatnya Juragan Dapat Informasi Terbaru Seputar Bisnis Warung!

Blog/Investasi/Artikel/Memilih Investasi Jangka Panjang Bagi Milenial Sesuai Profil Risiko/

Memilih Investasi Jangka Panjang Bagi Milenial Sesuai Profil Risiko

Oleh Utari Eka Rulita/12 October 2021/
Share:
investasi jangka panjang

Jaman sekarang, udah nggak asing lagi ketika milenial ngomongin investasi. Bahkan bagi sebagian milenial, investasi merupakan kebutuhan khusus yang harus dilakukan sejak usia muda dengan gaji sedikit. Hal ini karena investasi memiliki fungsi yang sangat besar untuk masa depan. 

Fenomena milenial yang mulai menggeluti dunia investasi juga sejalan dengan data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang menyatakan per Juni 2021, dari 5,6 juta investor pasar modal 58,39% merupakan investor milenial di bawah usia 30 tahun. Sisanya merupakan investor berusia 31-40 tahun mencapai 21,61% dan investor berusia 41-50 tahun ke atas. Generasi milenial keren juga, ya!

Dari banyaknya contoh  milenial yang sudah melakukan praktik investasi, pasti banyak di antara kalian yang ingin berinvestasi juga tapi masih bingung cara memilih investasi yang tepat? 
Nah, di artikel ini kalian akan mendapat gambaran tentang cara memilih investasi jangka panjang. Mulai dari alasan mengapa memilih investasi jangka panjang, manfaatnya apa saja, jenis-jenisnya, tips-tips memulai investasi jangka panjang, hingga bagaimana kamu memilih investasi jangka panjang sesuai profil risiko kamu. Penasaran, kan? Yuk, kita pelajari bersama.

Pengertian Investasi Jangka Panjang

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pengertian investasi secara luas adalah penanaman modal, baik dalam jangka panjang untuk pengadaan aktiva lengkap atau pembelian saham-saham dan surat berharga lain untuk memperoleh keuntungan.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi jangka panjang merupakan kegiatan penanaman modal untuk mendapat keuntungan jangka panjang. Keuntungan jangka panjang merupakan poin yang patut digaris bawahi karena terdapat bentuk investasi berjangka pendek. 

Investasi jangka pendek adalah bentuk investasi dengan menanamkan modal untuk dikelola dalam waktu singkat dan dapat dicairkan dalam jangka pendek. Contohnya; deposito, P2P lending, dan Surat Utang Negara (SUN). Biasanya investasi jangka pendek berlangsung satu tahun, berbeda dengan investasi jangka panjang yang bisa berlangsung di atas lima sampai sepuluh tahun lebih. 

Karena periode jangka waktu ini, maka disarankan bagi milenial untuk memilih investasi jangka panjang. Biar lebih paham, berikut akan dijelaskan apa saja manfaat investasi jangka panjang bagi milenial.

Tips Memulai Investasi Jangka Panjang Bagi Milenial

1. Kenali Profil Risiko Diri Sendiri

Profil risiko adalah istilah untuk mencerminkan tingkatan seorang investor dapat menanggung atau menoleransi risiko. Kenapa sih, ada perbedaannya? Karena investasi jangka panjang berkaitan dengan modal atau pendapatan. Ada orang yang sanggup menghadapi risiko tinggi apabila mengalami kerugian. Ada pula yang tidak. Oleh karena itu, terdapat tiga profil risiko dalam investasi yang perlu kamu ketahui.

Risiko Tinggi (Agresif)

Kamu dapat dikatakan sebagai investor agresif apabila berani mengambil risiko tinggi saat mengambil jenis investasi. Biasanya investor agresif akan menaruh modalnya dalam jumlah besar dan memilih lebih dari dua jenis investasi. Dengan besarnya modal ini, maka investor tersebut sudah memiliki tingkat toleransi kerugian yang tinggi. 

Risiko Sedang (Moderate)

Investor moderat dapat dikatakan cukup berani menaruh modal dalam bentuk investasi dalam jumlah cukup besar, namun tetap berhati-hati. Biasanya investor moderat membatasi jenis investasi yang dipilihnya.

Risiko Rendah (Konservatif)

Investor konservatif adalah tipe investor yang bermain aman. Investor tersebut akan menanamkan modalnya dalam jumlah sedikit dan cenderung baru akan memilih satu jenis investasi agar risiko kerugiannya tidak terlalu tinggi. Investor pemula biasa dikategorikan dalam investor konservatif. 

2. Jangan FOMO!

FOMO atau fear of missing out dalam investasi merujuk pada keputusan seseorang untuk berinvestasi hanya karena ikut tren.. Hayo, apakah kamu salah satu orang yang berinvestasi karena takut diem aja waktu circle temanmu pada bahas investasi? Hal ini perlu diminimalisasi karena berkaitan dengan pengelolaan emosi dalam berinvestasi.

Seperti yang telah kita bahas, setiap orang memiliki profil risiko yang berbeda-beda. Begitu juga dengan selera jenis investasi jangka panjang yang dipilih. Hal ini ditentukan pula oleh jangka waktu tertentu seseorang akan membeli atau melepas instrumen investasinya. 
Jadi, kamu harus tahu kebutuhan kamu sendiri ya, dalam menentukan jenis investasi jangka panjang. Sesuaikan dengan modal yang kamu sisihkan untuk berinvestasi, tujuannya apa, dan bagaimana profil risiko sendiri. Kalau memang belum menemukan waktu yang tepat, it’s okay untuk tidak terjun ke dalam dunia investasi.

3. Hindari Bias Psikologi dalam Berinvestasi

Masih satu paket dengan FOMO, bias psikologi dalam berinvestasi juga memiliki dampak yang bisa mengganggu kondisi mental kamu dalam berinvestasi. Maksudnya gimana, tuh

Kita ambil contoh, nih bahwa si A berinvestasi dalam bentuk saham di beberapa perusahaan. Karena tidak ingin rugi, setiap 2 jam sekali si A selalu membaca pasar saham untuk melihat pergerakan harga saham yang fluktuatif setiap waktu. Bisa bayangin nggak kalo tetiba saham yang A beli turun drastis? Tapi di waktu berikutnya saham perusahaan lain yang dia beli naik dan tiba-tiba turun lagi. 

Nah, ketergantungan untuk melihat pergerakan di pasar saham ini yang biasa disebut bias psikologi oleh para investor. Kamu tidak perlu setiap saat melihat pergerakan harga saham yang pasti akan berubah. Cukup kenali saja situasi di waktu tertentu biasanya harga tersebut akan naik atau turun. Pikirkan juga dengan matang-matang kapan kamu akan membeli atau menjual jenis investasi jangka panjang yang sesuai dengan modal yang sedang kamu miliki. 

4. Investasi Jangka Panjang ≠ Tabungan

Ini, nih, hal yang wajib diingat. Kamu tidak boleh menyamakan investasi jangka panjang dengan tabungan karena keuntungan dari tabungan tidak sama seperti yang kamu dapat dengan berinvestasi. Hal ini dikarenakan keuntungan yang didapat dari investasi akan berubah setiap saat. Contohnya saja harga Saham atau Reksa Dana. 

Ketika kita menabung maka jumlah uang tersebut akan sama setiap tahunnya dan akan bertambah jumlahnya hanya jika kamu menambahkannya. Berbeda dengan investasi. Bisa jadi saat pertama kali kamu membeli saham harganya sebesar Rp 100.000, namun satu atau lima tahun kemudian akan berubah menjadi Rp 5.000.000. Jadi, penting bagi kamu para milenial untuk memisahkan dana tabungan dan investasi.

Memilih Jenis Investasi Jangka Panjang Sesuai Profil Risiko Bagi Milenial

Setelah memperhatikan tips sebelum memulai investasi jangka panjang, saatnya kita mulai memilih jenisnya sesuai kebutuhan kita. Eits, tapi kebutuhan setiap orang pasti berbeda-beda. Terkadang, kita bisa salah memilih suatu jenis investasi karena termakan keinginan namun tidak tahu risiko apa yang ditimbulkan dari jenis investasi tersebut. Dalam investasi, istilah yang tepat untuk memilih jenis investasi jangka panjang adalah dengan risiko yang bisa ditoleransi.

Inilah mengapa artikel ini memberikan kamu cara memilih investasi jangka panjang sesuai risikonya. Dengan risiko yang bisa kamu tanggung, maka kamu bisa lebih menerima konsekuensi dari jenis investasi tersebut. 

Di bawah ini akan dijelaskan jenis investasi jangka panjang yang bisa kamu pilih sesuai profil risiko kamu, ya. Cermati baik-baik agar kamu tidak menyesal nantinya. 

1. Investasi Jangka Panjang Risiko Tinggi: Saham

Secara sederhana, saham adalah bukti kepemilikan seseorang menjadi pemilik sebuah perusahaan. Di kalangan milenial, saham juga sangat digemari karena kemudahannya untuk berinvestasi dan memiliki keuntungan yang tinggi. Tapi, keuntungan yang tinggi ini juga diikuti dengan risiko yang tinggi pula. 

Berikut adalah penyebab investasi jangka panjang dalam bentuk saham memiliki risiko tinggi:

Capital Loss

Capital Loss dapat terjadi saat harga jual saham lebih rendah dari harga beli. Biasanya capital loss dialami oleh investor pemula karena belum mengetahui mana saham milik perusahaan yang memiliki harga saham stabil atau fluktuatif.

Suspend

Suspend terjadi saat saham diberhentikan perdagangannya oleh bursa efek. Oleh karena itu, investor tidak dapat melanjutkan aktivitas saham hingga status suspend dicabut. Suspend bisa terjadi karena beberapa hal, seperti perusahaan terkena masalah keuangan dan harga saham yang bergerak secara tidak wajar. 

Likuidasi

Likuidasi berarti perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh investor mengalami kebangkrutan. 

Investor akan mendapatkan sisa keuntungan atau harta perusahaan setelah perusahaan tersebut menyelesaikan kewajibannya. Kondisi ini akan diperparah ketika perusahaan tidak memiliki sisa harta, maka investor pun tidak akan memperoleh deviden. 

Berikut adalah beberapa perusahaan yang memiliki saham di bursa yang memiliki performa baik dan harga saham stabil:

  •  PT Adaro Energy Tbk (ADRO)
  •  PT Astra International Tbk (ASII)
  • PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
  • PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)
  • PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
  • PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN)
  • PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR)
  • PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM)
  • PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)
  • PT Gudang Garam Tbk (GGRM)

Investasi Jangka Panjang Risiko Sedang: Reksa Dana

Reksa Dana merupakan jenis investasi di mana modal yang kamu tanamkan akan dikelola perusahaan pengelola Reksa Dana, sehingga kamu tidak perlu memikirkan strateginya. Modal yang kamu tanamkan dalam Reksa Dana ini kemudian akan dikelola oleh Manajer Investasi untuk dimasukkan ke dalam aset keuangan seperti obligasi dan pasar uang. 

Keuntungan yang didapat dari Reksa Dana ini disebut NAV (Net Asset Value) yang diperoleh selisih harga awal dan akhir dari pergerakan harga Reksa Dana setiap hari. Pengelola Reksa Dana saat ini banyak macamnya yaitu Bank Kustodian dan lembaga keuangan yang sudah terverifikasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Reksa Dana sendiri terdiri dari  empat macam yaitu Reksa Dana Pendapatan Tetap, Reksa Dana Campuran, Reksa Dana Pasar Uang, dan Reksa Dana Saham.

Lalu bagaimana Reksa Dana bisa dikatakan memiliki risiko sedang dalam investasi jangka panjang? Begini penjelasannya:

Risiko Penurunan Nilai

Risiko Penurunan Nilai terjadi saat harga Reksa Dana Saham berubah sesuai fluktuasi pasar saham. Perubahan ini bisa mempengaruhi nilai NAV yang akan diterima investor. 

Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas berkaitan dengan pencairan Reksa Dana. Berbeda dengan menarik uang di ATM, proses pencairan Reksa Dana membutuhkan waktu beberapa hari dari tanggal pengajuan. Dengan kata lain, investor akan menghadapi risiko likuiditas karena tidak dapat langsung mendapatkan hasil pencairan Reksa Dana. 

Risiko Ekonomi dan Politik

Risiko ini terjadi karena adanya kondisi ekonomi, politik, maupun sosial yang biasa mempengaruhi harga Reksa Dana. Contoh, adanya kejadian tak terduga yang mempengaruhi pasar atau perubahan peraturan yang mempengaruhi kinerja Reksa Dana secara langsung maupun tidak langsung. 

Pada dasarnya, kamu bisa menemukan persamaan risiko antara investasi jangka panjang berbentuk saham dan reksa dana. Namun, poin yang membuat Reksa Dana lebih aman, adalah karena dilindungi oleh lembaga pengelola Reksa Dana dan Manajer Investasi. Jadi, pihak-pihak tersebut akan memastikan jika terjadi risiko maka tidak akan menimbulkan kerugian sebesar ketika berinvestasi saham. 

Contoh Reksa Dana dan Nilai NAV-nya:

Investasi Jangka Panjang Risiko Rendah: Emas

Tidak perlu diragukan lagi bahwa Emas merupakan investasi jangka panjang yang sudah digunakan sejak zaman dahulu, pasalnya nilainya memang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Mungkin bagi sebagian milenial membeli Emas terkesan old school, namun jangan salah, fluktuasi harga Emas dibanding dengan jenis investasi jangka panjang yang lainnya adalah yang paling aman. 

Emas juga memiliki likuiditas yang cenderung tinggi, oleh karena itu kamu tidak perlu khawatir jika ingin menukarkan Emas dengan uang di waktu tertentu meski harga Emas sedang jatuh. Harganya nggak separah ketika harga saham jatuh, kok

Investasi jangka panjang dengan membeli Emas memiliki dua bentuk yaitu fisik dan non fisik. Emas fisik berupa logam mulia dan olahan seperti perhiasan. Jika kamu membeli emas fisik maka kamu akan mendapat keuntungan bisa langsung memiliki barangnya langsung. Jadi lebih puas, bukan?

Sedangkan Emas non-fisik yaitu Emas Aneka Tambang (ANTAM) dan Emas yang dijual oleh Pegadaian. Keuntungan dari investasi Emas non-fisik seperti ini yaitu kamu bisa melakukan transaksi secara online dan tidak harus menyimpan Emas secara fisik yang berisiko tinggi.

Berikut gambaran fluktuasi harga rata-rata 1 gram Emas di Indonesia tahun 2014 – Agustus 2021:

Contoh Menghitung Keuntungan dengan Investasi Jangka Panjang

Supaya kamu memiliki gambaran berapakah keuntungan yang bisa kamu dapatkan dari jenis investasi jangka panjang, di bawah ini merupakan contoh kasus ketika kamu menggunakan investasi Reksa Dana dan keuntungan yang didapat. Pelajari bersama, yuk. 

Eka bekerja sebagai pegawai negeri sipil dengan gaji Rp 6.000.000 per bulan. Setiap bulan Eka menyisihkan 10% atau Rp 600.000 dari gajinya untuk berinvestasi di Reksa Dana Pasar Uang dengan jangka waktu 5 tahun.

Selama 5 tahun, Eka konsisten menyetorkan dana sebesar Rp 600.000 ke Reksa Dana. Maka jika dijumlahkan maka Eka akan mendapatkan:

Rp 600.000 x 60 bulan (5 tahun) = Rp 36.000.000

Lalu, berapa keuntungan yang diperoleh Eka?

Pada website perusahaan pengelola Reksa Dana, Bareksa, performa Reksa Dana dalam waktu 5 tahun akan memiliki angka kenaikan 89,71%. Maka Eka mendapat keuntungan kotor sebesar: 

Rp 36.000.000 x 89,71% = Rp 32.295.600

Dari keuntungan kotor tersebut Eka akan mendapatkan keuntungan akhir setelah dipotong biaya jasa Manajer Investasi Rp 100.000 menjadi: 

Rp 32.295.600 – Rp 100.000 = Rp 32.195.600

Dengan modal Rp 600.000 yang  disisihkan untuk investasi Reksa Dana maka selama 5 tahun Eka akan mendapatkan keuntungan bersih Rp 32.195.600. Wah, lumayan banget ya hasilnya!

Nah, penjelasan tadi pasti membuka pikiran kamu tentang investasi jangka panjang, kan? Bagi milenial yang terpenting adalah harus cermat menyisihkan jumlah dana untuk investasi yang benar-benar bisa kamu tanggung risikonya dan sesuai tujuan kamu. Semoga berhasil!


Profil penulis:

Dyah Ayu Agustina merupakan seorang penulis aktif yang menjadi kontributor untuk beberapa media nasional, seperti Geotimes, Menjadi Manusia, Konde.co, dan Marketing Plus. Tertarik pada isu sosial, perempuan, ekonomi, dan internasional. 

Share:

Konten Terkait

Konten Populer

warung-pintar-group-logo
    Hubungi Kami
  • address

    Jl. Bumi No.40, RW.3, Gunung, Kec. Kby. Baru, Jakarta Selatan, 12120

  • email

    partnership@warungpintar.co

  • CS Warung Pintar
  • whatsapp

    +62 851-5757-7630

    Layanan Pengaduan Konsumen
  • Direktorat Jendral Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementrian Perdagangan Republik Indonesia


  • whatsapp

    +62 853-1111-1010

wpg-banner